Scroll to read more

Belakangan banyak orang yang menanyakan apa itu transplanters dan bagaimana cara kerjanya. Menurut Kementerian Pertanian (Kementan), pemerintah selalu berupaya meningkatkan produksi pertanian guna mencapai ketahanan pangan nasional. 

Baca juga: Mengurai Ajaibnya Teknologi Kemasan Biodegradable yang Populer

Meskipun penanaman benih padi selama ini dilakukan dengan tangan, namun ada cara lain yang lebih efisien dan cepat. Petani akan lebih mudah mengolah lahan pertanian dengan alat tanam padi, mulai dari persiapan lahan hingga pasca panen. 

Sebelumnya, pada tahun 2013, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Litbang) meluncurkan Mesin Transplanter Jajar Legowo. Nah, pada postingan kali ini, kita akan mempelajari lebih lanjut mengenai mekanisme rice grafting tersebut, cara kerjanya, dan berapa harga di pasaran. 

Mekanisme Rice Transplanters

Transplanters

Jika digunakan, mesin tanam tanam merupakan salah satu bentuk mesin pertanian (farm machine tool) yang tidak memerlukan banyak tenaga kerja. 

Alat pencangkok padi merupakan suatu alat yang digunakan untuk menanam benih padi secara merata baik dari segi jumlah, kedalaman, jarak, dan keadaan penanaman. 

Transplanters akan menciptakan ruang yang konsisten antara satu baris padi dengan baris lainnya sehingga memudahkan dalam perawatan tanaman. R&D merekomendasikan alat ini karena dapat meningkatkan hasil produksi hingga 30%.

Jenis Mesin Transplanters

Transplanters

Selain berbagai manfaat yang bisa didapatkan, alat ini juga memiliki jenis-jenisnya. Diantaranya adalah:

1. Transplanter Tipe Berjalan (Walking Type)

Petani selaku operator ikut berjalan secara perlahan tepat di belakang peralatan tanam, mengarahkan kerapian penanam di area persawahan. Persediaan benih padi dapat disimpan pada rak-rak yang telah disediakan pada peralatan ini.

Jadi, jika bibit kurang, nampan tanam bisa segera diisi ulang. Penanaman padi dapat dilakukan oleh satu orang, namun sebaiknya ada satu orang pekerja yang membantu petani untuk mempercepat proses pengisian benih. 

Harga Transplanters jenis ini berkisar antara Rp7.000.000 hingga Rp50.000.000 di pasaran. Selain itu, kalian juga bisa menggunakan Transplanter Indo Jarwo yang dirilis Kementerian Pertanian dengan harga Rp 28.000.000.

2. Transplanter Tipe Mengendarai (Riding Type)

Mesin tanam padi jenis ini menggunakan mekanisme pengoperasian yang serupa dengan mesin tanam berjalan. Mesin tanam riding type berbeda karena pengguna dapat mengendarai alat ini seperti kendaraan sehingga memudahkan dan meringankan petani tanpa harus berjalan. 

Namun saat menanam padi, diperlukan tenaga tambahan yang meletakkan benih di nampan. Kementerian Pertanian telah melepas Transplanters Indo Jarwo Jajar Legowo 2:1 seharga Rp 28.000.000.

Cara Kerja Transplanter

Transplanters

Sebaiknya pastikan untuk memiliki cukup bahan bakar sebelum menghidupkan mesin. Periksa juga kondisi mesin dan oli transisi, jika kurang sebaiknya ditambah, dan bila kotor diganti dengan oli baru yang berkualitas. 

Periksa kebocoran oli, bensin, dan segel pada hidrolik, dan apakah bautnya terpasang dengan benar.

  1. Untuk memulai, tempatkan tuas kerja pada posisi netral atau terkunci. Kemudian, dengan tuas kopling utama pada posisi mati, alihkan saklar hidup/mati. Jika perlu, kencangkan penahannya.
  2. Tarik tali starter untuk menghidupkan mesin. Panaskan mesin selama 5 menit untuk memastikan semua bagian yang bergerak terlumasi sepenuhnya. Selain itu, ubah ketinggian mesin berdasarkan kondisi lapangan.
  3. Untuk menghidupkan mesin tanam padi, tarik tuas kopling utama ke posisi hidup. Saat bekerja di sawah, pastikan posisi awal mesin sudah benar
  4. Letakkan benih padi pada rak dan nampan penyimpanan. Tentukan jumlah benih yang akan diambil dan jarak tanam. Perubahan jarak tanam dilakukan dengan mengatur roda gigi pada kotak yang tersedia. Namun pada kasus tertentu, cukup dengan menggeser jarak tanam saja. Sedangkan kedalaman penanaman benih diatur sesuai ketinggian peralatan dan keadaan sawah.

Pentingnya Kelembagaan dalam Pengelolaan Mesin Transplanters 

Transplanters

Petani kini memerlukan penggunaan mesin pertanian (machine). Pemanfaatan alat ini berupaya memberikan kemudahan sekaligus menurunkan biaya produksi. Mesin pemanen gabungan, misalnya, telah terbukti mengurangi kerugian hasil panen sebesar 10%. 

Selanjutnya, biaya panen berkurang menjadi Rp 1 juta per hektar. Artinya, menggunakan mesin Transplanters lebih murah dibandingkan memanen secara manual, yang biayanya bisa mencapai Rp. 2 juta per hektar.

Adapun beberapa pendekatan optimalisasi mesin tanam padi diantaranya adalah manajemen penggunaan dan kelembagaan UPJA, yaitu:

1. Manajemen Penggunaan Transplanter

Petani telah dan terus menerima bantuan mesin pertanian dari pemerintah melalui lembaga kelompok tani atau Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan). Tujuan pemberian peralatan mesin kepada kelompok tani/Gapoktan adalah untuk menurunkan biaya produksi dan mempermudah proses usahatani.

Namun masih banyak anggota kelompok tani yang belum merasakan manfaat dari ketersediaan teknologi tersebut. Anggota kelompok harus tetap membayar tarif sewa yang sama sebelum dan sesudah mendapatkan dukungan Transplanters.

Upaya regulasi diperlukan untuk menghindari konflik kepentingan dan mengoptimalkan penggunaan alat pertanian oleh seluruh anggota kelompok tani/gapoktan.

Menyikapi permasalahan tersebut, pemerintah melalui Kementerian Pertanian menggunakan pola Brigade dalam mengelola dan mengalokasikan alat ini.

Kodim bertanggung jawab atas brigade ini. Babinsa dan penyuluh mengawasi dan menata cara pengaturan penggunaan mesin secara tertib. 

Petani atau kelompok tani yang ingin menggunakan peralatan mesin dapat langsung melakukannya dari tempat penyimpanan. Sedangkan individu yang memanfaatkan peralatan tersebut cukup menanggung biaya bahan bakar dan operasional.

Nilai biaya sewa dalam Pedoman Umum Penyelenggaraan Brigade Tanam tahun 2017 terdiri dari pembiayaan mesin dan nilai jasa pengoperasian mesin Transplanter sebagai berikut: 

a) Sekitar 20% untuk bahan bakar

b) 30% untuk gaji operator 

c) Mobilisasi kurang lebih 20%, dan 

d) Perawatan dan pemeliharaan mesin kurang lebih 30%.

Besaran pembiayaan ditentukan berdasarkan karakteristik masing-masing daerah dan peraturan pemerintah daerah.

Tim tanam dapat menjadi salah satu pilihan untuk mengoptimalkan dukungan teknologi pertanian. Dalam prosesnya, petani harus disosialisasikan dan menerapkan sumber pembiayaan yang lebih murah dibandingkan menyewa mesin yang ada.

Untuk memaksimalkan pemanfaatannya, kemungkinan lainnya adalah brigade akan berinvestasi dan mengoperasikan mesin bantuan di kelompok tani.

2. Kelembagaan Transplanters (Unit Pelayanan Jasa)

Pertanian padi tidak efisien karena terbatasnya penguasaan lahan. Petani rata-rata hanya menggarap lahan seluas 0,48 hektar. 

Karena sebagian besar petani hanya memiliki sedikit lahan sawah, mereka tidak mampu membeli mesin pertanian sendiri sehingga tidak memenuhi skala ekonomi usaha tersebut. Petani harus bergabung dengan lembaga petani untuk memperoleh skala usaha yang ekonomis.

Lembaga-lembaga yang didirikan atas dasar pemahaman dan kebutuhan bersama akan berkembang, sehingga menghasilkan strategi dan program yang bermanfaat bagi para anggotanya. 

Petani yang mendapat bantuan mesin Transplanter harus membentuk UPJA, sebuah organisasi yang berorientasi pada pelayanan.

UPJA juga harus mendapatkan pelatihan manajemen penjadwalan, pemeliharaan peralatan, dan pendekatan bisnis dari dinas pertanian. 

Tenaga penyuluh pertanian membantu dan mengawasi optimalisasi mesin pertanian serta pengembangan kelembagaan UPJA. Sehingga peralatan mesin yang dibantu dapat digunakan secara maksimal.

Selain dapat memenuhi kebutuhan anggotanya, lembaga UPJA dapat menjadi peluang komersial bagi kelompok tani/Gapoktan, serta memberikan peluang usaha baru bagi generasi muda di pedesaan.

Manfaat Transplanters Bagi Pertanian Indonesia

Transplanters

Padi secara tradisional ditanam dengan tangan. Petani harus menanam bibit padi satu per satu di area persawahan. Namun di era modern saat ini, sektor pertanian mulai mengalami mekanisasi. Hal ini terlihat dari banyaknya penemuan alat tanam padi yang dianggap mampu membantu para petani dalam bekerja.

Penggunaan peralatan penanaman padi secara mekanis merupakan cara lain untuk mengatasi kendala tenaga kerja pertanian. Selain itu, penggunaan Transplanters dapat menghemat waktu dan uang petani untuk biaya produksi. 

Perlu diingat bahwa pengolahan lahan dan penanaman merupakan kegiatan pertanian yang paling mahal karena memerlukan banyak tenaga kerja.

Baca juga: Optimal dengan Vertical Farming, Inovasi Masa Depan

Semakin besar jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan maka semakin besar pula biaya yang harus dikeluarkan. Alhasil, keberadaan mesin tanam dapat membantu menurunkan biaya produksi. Tujuannya, dengan menurunkan biaya produksi, petani mampu meningkatkan pendapatannya.

Peralatan yang digunakan untuk menanam benih padi ada dua jenis. Untuk memulainya, mesin tersebut menggunakan benih yang telah ditanam atau disemai di lapangan. Kedua, mesin tanam yang dirancang khusus untuk menabur benih di kotak semai. 

Mesin penanam padi untuk menabur benih di lahan memiliki keunggulan karena tidak memerlukan perubahan tata cara penyemaian pertanian. Kekurangan dari mesin ini adalah masih memerlukan waktu yang lama dalam pengumpulan bibit padi.

Nah, kini kalian sudah mengetahui lebih banyak seputar mesin Transplanters, yang dapat mempermudah penanaman bagi petani. Perlu diingat bahwa penggunaan alat ini memiliki banyak prasyarat, seperti lahan yang datar atau datar dengan petak kecil.